100 HARI SETELAH KEPERGIAN AYAH

Tidak terasa 100 hari sudah ayah meninggalkan saya dan ibu. Karena di rumah hanya ada kami bertiga, maka kepergiannya begitu terasa bagi saya dan ibu.


Benar kata tulisan teh @chachathaib bahwa semenjengkelkan apapun seseorang itu ketika ada, jauh lebih menjengkelkan ketika dia sudah tidak ada 😭

Dan benar kata teh @Aqmarinna bahwa peluklah orang yang kau sayangi sebanyak-banyaknya sebelum dijawab oleh gaduhnya kehilangan.

Seminggu setelah kepergian beliau saya pun masih belum bisa tersenyum dan mau makan. Entah di setiap saya bangun tidur suara ayah membangunkan saya begitu saya ingat. Apalagi biasanya beliau berkata "nak, ayo siap2 sekolah nanti telat".

Ada rasa yang tidak bisa dijelaskan dengan kata2 betapa saya begitu merasakan kehilangan yang amat mendalam.

Semoga Ayah tenang yah disana, diberi tempat terbaik disisiNya. Anak perempuanmu yang begitu kau sayangi setengah mati ini akan berjanji menjaga istrimu dan membahagiakannya.


Saya kecil, begitu dekat dengan ayah dibanding ibu. Entah, ibu begitu tidak semengasyikkan ketika saya dekat dengan ayah. Berangkat serta pulang dari sekolah ayah selalu menjemputku tepat waktu, bahkan ketika ayah sudah jatuh sakit di akhir2 saya semester akhir ayah masih menjadi orang nomor satu yang begitu memperhatikan saya dibanding ibu.

Ketika saya keluar kota, ayah begitu merindukan saya dan bolak balik telp saya karena bilang kangen. Dan itu menjadi salah satu alasan saya tidak pernah liburan lama2 hehehe.


Sejak sebelum saya masuk taman kanak2 ayah begitu rajin memberikan cerita sebelum saya tidur, dan saya kecil begitu antusias mendengarkan ceritanya.

Dari cerita rakyat sampai cerita tentang wali 9, ayah begitu detail menceritakannya kepada saya.

Saya TK sudah khatam dan begitu menghafal cerita cinta Dewi Sekardadu dan Maulana Ishaq hingga juragan Nyai Ageng Pinatih dari Gresik. Hehehe


Ketika saya masuk sekolah dasar tingkatan ceritanya sudah berbeda lagi. Iya, saya begitu ingat sekali, kala itu televisi sedang menayangkan sidang atas meninggalnya beberapa mahasiswa karena peristiwa 1998. Ayah dengan sabar mengajak saya diskusi ringan. Anehnya saya kecil saat itu begitu antusias menerima ajakan diskusi ayah. Hahaha
Dan saya ingat sekali ketika saya duduk di bangku MI kelas 4 ayah sudah khatam mengajak diskusi saya tentang peristiwa PRRI/PERMESTA, hingga DI/TII. Saya kecil begitu hafal melafalkan tokoh2 dari peristiwa tersebut hingga guru IPS begitu kagum. Ciyeee sehingga dewasa ini semua guru saya tidak heran saya mengambil jurusan sejarah. Hihi


Ayah pernah bercerita kalau ayah ingin mempunyai anak perempuan yang mau dikursuskan tata busana. Sehingga ayah membelikanku mesin jahit pada saat saya kelas 2 MI dan mengajariku menjahit sampai bisa. Hingga saya begitu antusias kursus menjahit pada saat kelas 1 SMP. Ayah begitu bahagia ketika anak perempuannya sudah bisa bikin seragam sekolahnya sendiri pada waktu SMP. Alhamdulillah keinginan ayah terwujud, saya berjanji akan mewujudkan keinginan ayah. Semoga saya bisa sukses dengan apa yang pernah ayah ajarkan dan inginkan. Aamiin


Ayah juga adalah orang yang pertama setuju ketika saya memutuskan mengambil jurusan sejarah. Karena saya tidak diridhoi mengambil jurusan hukum. Hikss
Pada saat itu ayah bilang "kuliahlah di jurusan sejarah nak, karena banyak beberapa sejarah negara ini yang dibentuk semaunya Suharto. Semoga kamu nanti bisa memberitau kepada semuanya yang sebenarnya."

Ayah saya ini Sukarnois garis keras hihi mungkin karena dulunya beliau berada di kesatuan TNI AL kali yaa. Ayah saya tidak henti2nya menceritakan akhir hayat Bung Karno sampai beliau menangis.
Ayah itu ngefans sama sejarawan yang suka masuk televisi sehingga dia bahagia ketika putrinya kuliah di jurusan sejarah. Huaaa
Alasannya yang suka diulang2 adalah biar nanti ada teman diskusi ayah ❤
Ayah begitu menyukai tetangga depan rumah saya yang alumni jurusan sejarah dan mantan aktivis, sehingga ingin anak perempuannya seperti itu.
Dan benar saja, teman diskusi saya sehari-hari adalah ayah. Ayah memang tipe orang yang suka berdiskusi tentang isu politik dan pemikirannya selalu bikin saya kagum meskipun beliau sudah tidak lagi muda.

Ketika saya sudah menjadi guru sejarah ini, sepulang saya bekerja ayah suka sekali dengan sengaja mencoba menanyai saya tentang peristiwa sejarah yang bikin saya kelabakan. Entah dulunya ayah ini suka baca buku atau gimana 😭😭😭 hingga setua itu beliau masih sangat hafal peristiwa sejarah yang kadang pun saya lupa. Huaaaaa beberapa kali saya diingatkan, tapi kala itu saya cuma tertawa keras sambil bilang twenaang. Hihi ☹

Kalau saya beli buku banyak, dan saya tidak sempat baca. Ayah adalah orang pertama yang membacanya kemudian ibu. Hehehe

Kadang saya bersyukur sekali dilahirkan dari orang tua yang senada dan seirama.

Dan saya begitu bahagia dan bersyukur punya orang tua laki2 seperti ayah ❤
Yang selalu percaya anak perempuannya tidak pernah macam2, yang selalu menyemangati mimpi anak perempuannya.


Ayah adalah laki-laki satu-satunya yang paling keren dan menetap di hati saya. Percayalah yah, dibalik saya yang terkadang keras kepala ada cinta yang begitu besar untuk ayah 😭❤



NB : sebenarnya mau ditulis di 100 hari kepergian ayah pada seminggu yang lalu, karena saya belum sanggup menulis dan banyak menangisnya jadi baru bisa sekarang.



Hai laki2. Siapapun kamu! Semoga bisa menjadi ayah yang begitu membanggakan putrimu yaa. Aamiin





Komentar

Postingan Populer